.
.
Tanaman Bintaro (Cerberra manghas L) umumnya dikenal sebagai tanaman penghias taman kota, pelengkap penghijauan, serta bahan baku kerajinan bunga kering. Tanaman ini merupakan salah satu tanaman mangrove yang tersebar hampir di seluruh Indonesia. Hampir seluruh bagian tanaman bintaro dapat dimanfaatkan seperti akar, batang, daun, buah dan biji.
Tanaman biah bintaro menjadi salah satu jenis tanaman yang diyakini bisa dimanfaatkan sebagai lnsektisida nabati. Buah bintaro menghasilkan metabolit sekunder seperti saponin, polifenol, flavonoid, dan tannin. Selain itu biji buah bintaro yang masak dan segar mengandung alkaloid dan cerberin.
Baca Juga: Pestisida Nabati, Solusi Alami Mengusir Hama dan Penyakit Pada Tanaman
Apa Itu Tanaman Bintaro
Tanaman bintaro merupakan tanaman dari kelompok angiosperma dan termasuk tanaman dikotil dari famili Apocynaceae yang mempunyai kandungan racun tinggi. Tumbuhan ini mampu tumbuh sampai 15 meter dan memiliki daun lanset berwarna hijau tua.
Pohon bintaro sering disebut juga sebagai mangga laut, buta badak, babuto, dan kayu gurita. Dalam bahasa Inggris tanaman ini dikenal sebagai sea mango. Sedangkan dalam bahasa latin (ilmiah) bintaro dinamai sebagai Cerbera manghas.
Daun dari pohon bintaro berwarna hijau tua mengkilat berbentuk bulat memanjang. Sementara Bunganya besar dan terdiri dari kelopak putih dan bagian tengah berwarna kekuningan, baunya seperti seperti melati. Buah bintaro (C. odollam) berbentuk bulat dan berubah dari hijau menjadi merah saat matang. Pada ttengah buah terdapat biji yang berukuran kira-kira 2 x 1,5 cm, dan mengandung sejumlah besar glikosida jantung yang dapat menyebabkan kematian jika dikonsumsi.
Apa Saja Kandungan yang Berbahaya?
Kandungan senyawa golongan alkaloid yang tersebar di seluruh bagian bintaro sepenuhnya beracun karena bersifat repellent dan antifeedant sehingga dapat dimanfaatkan sebagai insektisida nabati. Pada daunnya mengandung saponin, flavonoid dan kandungan spesifik dari bintaro adalah Cerberin yang diketahui sangat beracun bagi serangga dan dapat menghambat aktivitas makan hama.
Biji buah bintaro merupakan salah satu bagian yang paling beracun dibandingkan bagian lainnya. Metabolit sekunder yang terkandung, yaitu triterpenoid, saponin, steroid, dan alkaloid yang terdiri dari beberapa senyawa turunan. Alkaloid yang terkandung dalam tanaman bintaro bersifat racun, sebagai penghambat nafsu makan (antifeedant) dan insektisida bagi serangga.
Baca Juga: Apakah Pestisida Kimia Aman Untuk Tanaman
Cara Membuat Pestisida Nabati Buah Bintaro
Buah bintaro memang bersifat racun jika dikonsumsi oleh manusia, namun dapat dimanfaarkan sebagai pestisida nabati untuk mengusir hama pada tanaman kita. Pestisida nabati menjadi pilihan terbaik untuk mengatasi permasalahan hama tanpa merusak lingkungan. Berikut uraian cara membuat pestisida nabati dari buah bintaro
Persiapan Bahan:
1. Saiapkan 2 buah bintaro
2. Siapkan 1 liter rendaman abu kayu
3. Siapkan 50 g tembakau
4. Siapkan 30 g gula jawa
5. Siapkan 2 siung bawang putih
Proses Pembuatan
1. Cincang kecil-kecil semua bahan
2. Rebus rendaman abu kayu yang udah disiapkan
3. Masukkan semua bahan dalam rebusan air rendaman abu kayu
4. Rebus dengan api kecil hingga 30 menit
5. Jika sudah mendidih matikan kompor dan diamkan hingga dingin
6. Saring hasil rebusan tersebut kedalam wadah
7. Pestisida nabati sudah siap diaplikasikan
Cara Kerja Pestisida Nabati Buah Bintaro
Pestisida nabati bintaro dapat mempengaruhi perkembangan serangga melalui racun perut. Metabolit sekunder yang terkandung masuk ke dalam sistem pencernaan larva, diserap oleh dinding usus dan diedarkan bersama sistem hemolimfa ke seluruh tubuh dengan membawa zat makanan. Metabolit sekunder yang masuk ke dalam sistem pencernaan akan mempengaruhi proses fisiologis larva, termasuk mengganggu kerja enzim dan hormone
Metode penyemprotan pestisida nabati memungkinkan semua permukaan tubuh larva akan terkena terutama sisi posterior dan sebagian pestisida nabati akan menempel pada tubuh ventral saat larva berjalan sehingga memungkinkan pestisida nabati dapat masuk lewat kutikula tipis sebagai transportasi antarsegmen atau pada pori-pori tubuh. Selain melalui kulit, mekanisme penyerapan pestisida nabati juga dapat terjadi melalui saluran pencernaan, yaitu melalui makanan yang mengandung pestisida nabati.